Tidak ada peninggalan atau situs-situs bersejarah seperti candi, prasasti atau benda-benda kuno lainnya yang dapat menunjukkan asal-usul Desa Semaan. Sejarah desa ini hanya dapat terekam dari cerita-cerita tetua desa (para bangaseppo) berdasarkan apa yang pernah mereka tahu dan didengar dari para moyang Desa Semaan.
Dari
beberapa cerita sejarah yang berhasil kami himpun dapat diketahui ahwa atau air
yang mengalir sepanjang perbukitan tersebut. Sumber-sumber mata air tersebut
banyak namun aliran airnya kecil dan letaknya berpencar, sehingga ada inisiatif
dari nenek moyang waktu itu untuk menyumbang (nganceng) beberapa sumber pada awal mulanya Semaan
berupa tanah perbukitan dan banyak terdapat sumber mata air dan membuatkan satu
tempat penampungan yang dapat mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian
mereka. Tempat galian sumber mata air tersebut kemudian dikenal orang dengan
nama Somber Kanceng yang sekarang menjadi Sumber Kacceng. Demikian pula tempat
tersebut orang-orang menyebutnya kampung Kanceng, sekarang kita mengenalnya
dengan sebutan Dusun Kacceng.
Somber
Kacceng tidak hanya dimanfaatkan oleh warga untuk mengairi sawah, namun juga
sebagai tempat untuk mandi dan cuci. Tak heran banyak musafir dari luar daerah
yang singgah ke tempat ini. Selain tempatnya yang sejuk, orang-orangnya juga
ramah. Kemudian atas inisiatif mushafir itu, dibangunlah mushola di atas tanah
wakaf yang terletak di samping somber. Mushola itu selain digunakan sebagai
tempat ibadah sholat fardhu juga dijadikan tempat untuk melakukan kajian-kajian
islam dan semaan al Quran oleh para musafir dan warga setempat.
Dari
seringnya musafir dan warga mengadakan kegiatan semaan al Quran di tempat ini
kemudian orang menyebutnya sebagai Desa Semaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar